JAYAPURA, REPORTASEPAPUA.COM – Saat ini RSUD Biak telah mengalami divisit anggaran, bahkan kini memiliki utang sebesar Rp.10 milyar. Hal itu diungkap, Anggota Komisi V DPR Papua, Yohanis Ronsumbre dari kepada Wartawan saat ditemui Wartawan di ruang kerjanya, Rabu (31/7/19).
Akibat dari itu lanjut Ronsumbre, rumah sakit pemerintah itu mengalami devisit anggaran untuk pengadaan obat-obatan dan bahan habis pakai serta jasa pelayanan.
“Informasi ini saya dapat ketika melakukan kunjungan kerja ke Biak. Informasi ini disampaikan Direktur RSUD Biak, dr. Richard Mayor,” umgkapnya.
Menurutnya, meski RSUD Biak merupakan salah satu rumah sakit rujukan di wilayah Saireri, namun sejak 2015-2016 alokasi dana KPS untuk rumah sakit itu hanya Rp 6,5 miliar dan jumlah itu dinilai sangat kecil.
Mestinya kata Ronsumbre, anggaran KPS RSUD Biak lebih dari itu karena rumah sakit ini melayani pasien dari dari kabupaten lain di wilayah Saireri.
“Makanya ketersedian obat-obatan tidak cukup dan juga anggaran yang tidak cukup pula,” ujarnya.
Oleh karena itu RSUD Biak meminta kepada Gubernur dalam hal ini Kepala dinas Kesehatan Papua, agar bisa mengatasi masalah ini, dan kalau bisa diberikan penambahan anggaran.
“Sehingga kedepannya pembelanjaan pengadaan obat-obatan di RSU Biak bisa berjalan dengan normal kalau tidak mereka selalu gali lobang tutup lobang,” ketusnya.
Untuk itu, legislator Papua ini menginggatkan, agar RSU Biak juga harus dipersiapkan untuk PON XX tahun 2020 mendatang.
“Karena kalau kekurangan obat, ini juga akan menjadi masalah besar,” tandasnya. (TIARA)